Krisis energi yang mendunia telah mendorong lahirnya teknologi baru di
dunia pencahayaan beberapa dekade yang lalu, yaitu lampu hemat energi (LHE)
sebagai bagian dari solusi. Namun jenis yang ada masih sangat terbatas untuk
penerangan general, sehingga beberapa kalangan masih lebih memilih lampu pijar
untuk kesempurnaan estetika.
Berdasarkan fakta yang diungkapkan BBC, perkembangan industrialisasi saat
ini telah menyedot 70% persediaan minyak bumi yang ada di bumi ini. Dari jumlah
pemakaian yang luar biasa ini, diperkirakan minyak bumi akan habis pada tahun
2030, gas alam pada tahun 2040 dan batubara pada tahun 2200. Membayangkan apa
yang akan terjadi sudah sepatutnya kita ambil bagian dalam penghematan energi.
Mari memulainya dari yang paling mudah, yaitu mengganti lampu pijar dengan LHE.
Kehadiran LHE untuk menggantikan lampu pijar yang sangat boros energi patut
disyukuri. Selain mengatasi krisis energi, lampu ini dapat menghemat tagihan
listrik setiap bulannya. Tetapi ternyata masih ada kekurangan pada LHE yang
akhirnya menyebabkan orang lebih memilih menggunakan lampu pijar.
Kekurangan LHE :
- Desain standar,
tidak estetis dan cenderung berukuran besar
- Jenisnya masih
terbatas pada lampu fluorescent (neon).
- Fungsi terbatas
untuk penerangan general.
- Belum dapat menggantikan peran lampu pijar sebagai task
lighting (penerangan setempat) dan decorative lighting.
- Belum ada jenis
yang spesifik untuk indoor maupun outdoor.
Kesimpulan
Lampu Hemat Energi
Tetapi sekarang ini sudah ada LHE yang mempunyai paduan inovasi dan karya
seni, karena diciptakan tidak hanya untuk menggantikan sistem penerangan
konvensional yang boros energi, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan estetika,
baik dari segi desain maupun fungsi. Salah satunya adalah lampu MEGAMAN.