Sekitar 71 persen wilayah bumi kita ini terdiri atas laut
dan samudera, atau dengan kata lain berupa air.
Lempeng-lempeng
bumi ini sebenarnya adalah bagian dari kerak bumi yang terdiri atas berbagai
jenis bebatuan. Efek dari pergeseran itu adalah berupa getaran yang disebut
gempa. Gempa terjadi karena ada perpindahan massa dalam lapisan batuan bumi.
Kekuatan suatu gempa bergantung pada jumlah energi yang terlepas, saat terjadi
pergeseran dan tumbukan.
Penyebab Gempa
Pergeseran tersebut memang memungkinkan terjadinya
tumbukan. Ada kalanya pergeseran itu menyebabkan perubahan bentuk yang
tiba-tiba, sehingga terjadi ledakan dan patahan yang menimbulkan gempa hebat
yang disebut sebagai gempa tektonik. Keadaan itu tidak bisa kita hindari karena
memang bagian dari evolusi bumi.
Nah, walaupun gempa tidak dapat kita prediksi, namun kita
dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkannya dengan cara membangun rumah
tahan gempa. Ketika gempa dan tsunami melanda Aceh tahun 2004 lalu, sebagian
besar rumah tradisional (berbahan kayu) masih tetap berdiri kokoh. Bahkan di
negara jepang yang sering terjadi ratusan gempa, bahan dasar rumah mereka
(Jepang, red) terbuat dari kayu dan kertas ditambah lagi dengan pintu yang
digeser kesamping, serta meja ala jepangnya yang hampir menyentuh lantai.
Teknologi Untuk Gempa
Kini dengan teknologi barunya, Jepang menciptakan rumah
Barier adalah rumah bola nomaden yang memiliki banyak keistimewaan.
Diantaranya, tahan gempa dan bisa mengapung di air. Rumah bola ini dibuat berdasarkan Hukum
Bernauli yang berbunyi: jika ada angin berhembus di bawah suatu benda, maka
benda tersebut mengalami tekanan gaya ke bawah. Dinding rumah ini terdiri dari
32 sisi. Rahasia dari rumah ini adalah pada sistem pondasinya. Dengan
menggunakan struktur pondasi bebas (beda dengan rumah biasa) dan pemberian gaya
yang merata di 32 sisi dinding rumah bola ini menyebabkan rumah bola ini
memiliki kekuatan yang merata pada setiap bagiannya.
Bahan rumah ini terdiri dari tiga lapisan, lapisan
tengahnya mampu mengalirkan udara masuk dan keluar. Bagian sisi paling luar
dibuat dari bahan urethane anti air, lapisan tengah adalah agregat (kerikil)
dan lapisan dalamnya terbuat dari bahan kayu. Makanya, sela-sela kerikil inilah
yang dimanfaatkan untuk mengalirkan udara.
Struktur utama rumah tahan gempa ini tidak ditanam atau
ditopang dengan fondasi yang memanjang di bawah dinding rumah, tetapi hanya
menggunakan umpak di setiap sudut rumah. Konsepnya mengadopsi model rumah
tradisional adat Jawa yang dibuat dari kayu. Dengan penopang semacam ini, saat
terjadi gempa, relatif bisa fleksibel. Jika menggunakan model fondasi seperti
rumah-rumahkonvensional, hampir dipastikan akan mengalami keretakan atau patah
saat dilanda gempa hebat.
Rumah Tahan
Gempa
Rumah tahan gempa, berdasarkan analisa data dari Kementerian
Riset dan Teknologi
adalah
sebagai berikut:
Konsep
Dasar
Penerapan konsep tahan gempa antara lain dengan cara
membuat sambungan yag cukup kuat diantara berbagai elemen tersebut serta
pemilihan material dan pelaksanaan yang tepat.
Konsep rumah contoh yang dikembangkan Kantor Menteri
Negara Riset dan Teknologi (KMNRT) tidak hanya mengacu kepada konsep desain
tahan gempa saja, akan tetapi mencakup konsep pemanfaatan material setempat,
budaya masyarakat dalam membangun rumah, serta aspek kemudahan pelaksanaan.
Pondasi
Pondasi menggunakan sistem pondasi batu kali menerus,
dimana hubungan antara sloof dengan pondasi dipergunakan angker setiap 0.5 meter.
Hal ini dimaksudkan supaya ada keterikatan antara pondasi dengan sloof,
sehingga pada saat terjadinya gempa ikatan antara ponadsi dengan sloof tidak
lepas.
Dinding
Dinding yang dipakai merupakan perpaduan antara kebiasaan
masyarakat setempat yang menggunakan material kayu dan dinding yang terbuat
dari batu-bata. Untuk menyatukan dinding dengan kolom maupun sloof,
dipergunakan angker yang dipasang pada jarak 0.3 meter. Untuk mengatasi adanya
gaya horisontal akibat gempa, maka pada dinding di pasang pengikat silang
sebagai pengaku. Setiap bukaan yang cukup lebar seperti : pintu, jendela harus
dipasang balok lintel. Dalam desain bangunan ini balok lintel disatukan dengan
kayu kusen atas.
Kolom
Kolom menggunakan material kayu dengan ukuran yang ada di
pasaran yaitu ukuran 2 x 5/10. Pemakaian ukuran yang ada dipasaran, dimaksudkan
untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk menahan gaya geser akibat
gempa, maka pada ujung bawah kolom dipasang plat berbentu U yang ditanam dalam
adukan beton sloof.
Untuk menjamin adanya satu kesatuan antara kolom dengan
rangka kuda-kuda, maka salah satu batang diagonal kuda-kuda dipanjangkan sampai
ke kolom. Sementara itu untuk menghindari terlepasnya kusen pintu/jendela, maka
batang horisontal kusen pintu/jendela.
Atap
Kuda-kuda menggunakan material kayu dengan atap
menggunakan seng. Metoda sambungan yang dipergunakan sangat sederhana, hal ini
untuk memudahkan masyarakat dalam mencontoh. Untuk memperkuat hubungan antara
batang dan menjaga stabilitasnya, maka hubungan antara batang membentuk
segitiga. Hubungan antara kuda-kuda yang satu dengan kuda-kuda lainnya
menggunakan batang pengaku dan batang pengaku di badan bangunan yang biasa
disebut dengan batang lintel.
Kesimpulan Desain Rumah Tahan Gempa
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah sambungan
antar batang horisontal jangan terletak pada titik buhul, hal ini untuk
menghindari terjadinya lendutan, harus dihamai antara sambungan tarik dan
sambungan tekan. Plafon pada overstek menggunakan kisi-kisi ukuran 2/3, hal ini
dikamsudkan untuk memberikan sirkulasi udara yang lebih baik, mengingat atap
yang dipergunakan adalah seng yang cukup panas.